Kemungkinan Yang Tidak mungkin : Sebab-sebab Illahi di Alam

Ilmu pengetahuan modern mengandaikan bahwa alam semesta adalah sebuah sistem fisik yang tertutup, interaksinya bersifat teratur dan tampaknya mengikuti suatu hukum tentu, serta semua sejarah kausal bisa dirunut ke belakang. Diandaikan pula bahwa pada akhirnya, semua anomali akan mendapatkan penjelasan ilmiah. Namun semua pernyataan tradisional tentang Tuhan yang bertindak di alam bertentangan dengan kondisi-kondisi tersebut. Pernyataan-pernyataan itu mengandaikan bahwa alam semesta bersifat terbuka, bahwa Tuhan bertindak dari waktu ke waktu sesuai dengan tujuan-Nya, bahwa sumber dan penjelasan ultima dari semua tindakan ini adalah kehendak Ilahi, dan bahwa tidak ada satu pun pemikiran makhluk fana yang bisa memadai untuk menjelaskan kehendak Tuhan ini.
Selain itu, kita harus waspada terhadap pengertian ganda : makna kata “sebab” yang berupa katalisator reaksi kimia dan yang berupa Tuhan yang menjaga alam semesta sangatlah berbeda sehingga mungkin istilah yang sama sebaiknya tidak dipakai untuk mengungkapkan kedua klaim ini. Hanya jika kita bisa memberikan penjelasan yang lebih panjang lebar mengenai sifat-sifat kausal yang sama-sama dimiliki reaksi kimia dan ke-ilahian, barulah kita bisa memahami klaim-klaim orang Islam, Kristen, atau Yahudi mengenai tindakan Ilahi di dunia ini.
Oleh karena itu, di masa kini, masalah tindakan ilahi menjadi pusat perhatian kaum theis. Secara lebih khusus, orang-orang Islam dan Kristen secara tradisional memegang teguh pandangan yang dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan atau Allah bertindak di dalam tatanan alam. Akan tetapi, bagaimana kita bisa menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa kausal itu datang dari Tuhan kita, jika ilmu pengetahuan tampaknya sudah bisa sepenuhnya menjelaskan setiap peristiwa di dalam dunia alam. Sumber konseptual apakah yang memungkinkan orang beriman untuk mengakui kemampuan ilmu pengetahuan tanpa mereduksikan Ilahi menjadi “Tuhan-pengisi-celah”
Share:
Read More

3 PANDANGAN TENTANG SAINS DI DUNIA ISLAM



Hampir tidak ada masalah yang begitu problematis dan vital bagi Dunia Islam kontemporer seperti halnya masalah sains modern. Semenjak pertemuannya dengan sains Barat modern pada abad ke-18 dan  19, Dunia Islam harus berurusan dengan sains karena alasan-alasan praktis dan intelektual. Pada tingkatan kebutuhan praktis, sains modern dipandang sebagai sine que non kemajuan dana pertahanan negara-negara Muslim dalam bidang teknologi militer. Penguasa ‘Utsmani’ yang tidak seperti wilayah Dunia Islam lainnya, berhubungan langsung dengan kekuatan Eropa, yakin bahwa kemunduran politik dan militernyaa disebabkan oleh tiadanya mekanisme pertahanan yang semestinya terhadap tentara Eropa. Untuk memenuhi kekosongan ini, sejumlah reformasi yang massif telah diajukan oleh Mahmmud II  dengan harapan dapat menghambat jatuhnya Kerajaan, dan menciptakan golongan baru pejabat militer dan birokrat, yang menjadi titik pertama kontak antara Dunia Islam tradisional dan Barat sekuler modern. Proyek serupa, yang sebenarnya lebih berhasil telah dipromosikan di Mesir oleh Mahmmud Ali yang aspirasinya kemudian disuarakan kembali oleh Thaha Huassin dan generasinya. Motif utama periode ini adalah motif kepraktisan yang luar biasa. Dunia Muslim membutuhkan kekuatan, terutama kekuatan militer agar dapat kembali tegak dan teknologi baru yang digerakkan oleh sains modern merupakan satu-satunya cara untuk meraihnya. Konsepsi modern tentang sains sebagai media kekuatan, tentu memiliki dampak yang mendasar pada hubungan antara Dunia Muslim dan sains modern, yang kemudian disamakan dengan teknologi, kemajuan yang masih lazim di kalangan rakyat di Dunia Islam.


            Tingkat pertemuan kedua antara keyakinan tradisional dan sains modern bersifat intelektual dengan konsekuensi abadi yang terpenting di antaranya adalah pembentukan kembali persepsi diri tentang Dunia Islam. Dengan menggunakan analisis Husserl atas Selbstverstandis, istilah kunci dalam antropologi Husserl tentang “manusia Barat”, von Grunebaum melihat diterimanya sains modern sebagai titik balik dalam pandangan dari peristiwa zaman ini, yakni ketidakselarasan keyakinan tradisional dan pendekatannya dalam sejarah. Salah satu tema yang di ulang-ulang dari peristiwa zaman ini, yakni ketidakselarasan dengan sains modern, dengan tegas dikemukakan dalam sebuah pidato oleh Ataturk (Bapak Turki Modern), yang menyadari betul akan urgensi praktis Turki pascaperang kemerdekaan, dan dia terlibat aktif dalam menciptakan identitas baru bagi masyarakat Turki.

Kita harus mengambil sains dan pengetahuan dari manapun, dan menanamkannya di benak setiap anggota bangsa. Demi sains dan pengetahuan, tidak ada pembatasan dan persyaratan bagi sebuah bangsa yang bersikukuh mempertahankan tradisi dan keyakinan tidak berdasarkan teori logis. Kemajuan pasti sangat sulit, mungkin malah mustahil.

            Pada skala yang relatif lebih kecil, benturan dunia Islam sekuler sains modern dan pandangan dunia Islam tradisional disadari oleh banyak intelektual Muslim dengan terbitnya ceramah Renan yang terkenal “L’Islamisme et la science”, yang disampaikan dengan di Sorbonne pada tahun 1883. Dalam ceramah ini, dia dengan tegas menunjukkan irasionalitas dan ketidakmampuan masyarakat Muslim melahirkan sains. Dewasa ini, serangan semirasis Renan terhadap keimanan Islam dan seruan kasarnya terhadap positivisme sebagai agama baru dunia modern tidak begitu berarti. Meskipun demikian, serangan tersebut menjadi pembuka mata bagi para intelegensi  Muslim tentang bagaimana prestasi sains Barat modern muncul. Dipelopori oleh Jamal Al-Din Afghani di Persia dan Namik Kemal di Kerajaan ‘Utsmani’, kaum terpelajar Muslim mengambil tugas terhadap sains modern di tangan sebagai filosof anti-agama, dan menghasilkan wacana yang luas tentang sains modern dengan segala semangat dan kekacuan zaman mereka yang hiruk pikuk.
            Sebagaimana yang akan kita lihat nanti, Afghani antara lain, kemudian menjadi lambang kerangka fikiran (Mind-set) zamannya ketika dia mendasarkan apologi historisnya terhadap Renan pada asumsi bahwa tidak mungkin terdapat benturan antara agama dan sains, baik tradisional maupun modern, dan bahwa sains Barat modern tidak lain dari sains Islam asli yang dikirim kembali, melalui Renaisans dan pencerahan, ke dunia Islam. Demikian juga, pada dasarnya tidak ada yang salah dengan sains modern, dan tafsiran materialistik atas sains lah yang menjadi anti kontroversi sains-agama.
Namik Kemal bergabung bersama Afghani dengan bantahannya sendiri dalam karyanya, Renan Mudafanamesi (Bantahan terhadap Renan), memfokuskan pada prestasi ilmiah bangsa Arab, yaitu negara-negara Muslim masa lalu.
            Berlawanan dengan para intelektual Muslim yang mencoba menempatkan sains modern dalam kenteks pandangan dunia Islam ini, sejumlah penulis kristen terkemuka di dunia Arab, termasuk Jurji Zaidan (w. 1922), dan Ya’qub Sharruf (w.1927), mulai mendukung pandangan sekuler terhadap sains modern sebagai cara untuk bergabung dengan jalan modernisasi Eropa. Karena itu, mereka pada dasarnya mempromosikan pendirian filosofis dan sekuler pada perdebatan yang terus menerus antara agama dan sains.
            Dua pandangan ini masih dapat kita saksikan dewasa ini dan terus menggambarkan ambisi sekaligus kegagalan Dunia Islam dalam hubungannya yang sulit dimengerti dengan sains modern. Negaara-negara Islam membelanjakan miliaran dolar setiap tahunnya untuk mentransfer teknologi sains, pendidikan dan program riset. Tujuan yang ditetapkan oleh Kerajaan ‘Utsmani’ pada abad ke-19 kurang lebih tetap sama memperoleh kekuatan melalui kemajuan teknologi. Lebih jauh, dampak finansial antara sains dan teknologi, yang di awali dengan revolusi industri, membuat semakin sulit mencari “sains murni”, dan perhatian utama bagi dunia Muslim maupun Barat adalah teknologi, bukan sains. Keinginan negara-negara Islam untuk berpartisipasi dalam proses modernisasi melalui transfer teknologi mengaburkan dimensi filosofis masalah tersebut, yang mengarah pada jenis pemikiran simplisitik dan reduksionis yang akan segera disinggung.
            Mengenai tantangan intelektual yang di kemukakan oleh sains modern, nyaris tidak bisa dikatakan oleh sains modern, nyaris tidak bisa dikatakan telah berkurang atau sirna karena hilangnya kekuasaan positivisme dan sekutunya di kalangan orang-orang terpelajar. Ada situasi khusus dalam kemunculan filsafat sains baru bersamaan dengan perkembangan baru dalam riset ilmiah, yang membentang dari keruntuhan positivisme dan materialisme fisika hingga mekanika kuantum dan antirealisme. Gelombang posmodernis telah mengguncangkan kepercayaan kita terhadap sains dan dampaknya yang luas  dapat dirasakan jauh melampaui bidang ilmiah.
            Akibatnya banyak mahasiswa dan intelektual muda Muslim tidak melihat adanya persoalan dengan adopsi pandangan relativis dan antirealiskhun atau Feyerabend. Bersamaan dengan runtuhnya tanggul sains modern, diasumsikan bahwa agama dan sains sekarang dapat mulai berdialog; yang terjadi adalah bahwa tidak ada pendirian  yang tegus karena keduanya telah tercerabut dari nilai kebenarannya oleh filsafat antirealis dan relativis zaman kita. Popularitas pembahasan filsafat sains dewasa ini di negara-negara Muslim menjadi indikasi yang panjang di kalangan para intelegensi Muslim.
            Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Dunia Islam kontemporer tercengkeram oleh tantangan dari dua sudut pandang yang berbeda tetapi terkait ini, yang membentuk persepsinya tentang sains dalam sejumlah hal yang fundamental. Di satu sisi, pemerintah dan elit penguasa negara-negara Islam melihatnya sebagai salah satu prioritas utamanya sejalan dengan arena global inovasi teknologi, dari komunikasi dan rekayasa medis hingga industri senjata dan teknologi satelit. Argumen-argumen yang menentang sains-teknologi dipandang sebagai seruan menolak proses modernisasi yang tak dapat dihindarkan, atau setidak-tidaknya seruan terhadap keterbelakangan. Di sisi lain, telah menjadi kebijaksanaan bersama bahwa konsekuensi penerapan sains alam modern pada bidang-bidang yang tidak pernah terganggu sebelumnya menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Ini dibarengi dengan ancaman sains modern menjadi pseudo agama pada zaman ini, sehingga meminggirkan agama dari masyarakat modern atau setidak-tidaknya menjadikan agama sebagai urusan pilihan personal dan etika sosial. Ini menciptakan konflik kesadaran yang makin pahit di benak kaum Muslim, antara iman dan riset ilmiah, dan antara melihat alam sebagai ayat-ayat Tuhan dan sebagai sumber eksploitasi dan dominasi.
            Jika kita perhatikan wacana tentang sains saat ini di Dunia Islam, kita melihat sejumlah kecenderungan dan pandangan yang saling berkompetisi, masing-masing dengan klaim dan solusinya. Tanpa berpretensi mencakup keseluruhan, kecenderungan-kecenderungan tersebut dapat diklarifikasi menjadi tiga kelompok utama : pandangan Etis, Epistemologis, dan Ontologis/metafisis terhadap sains. Pandangan etis/puritan terhadap sains, yang merupakan sikap yang paling umum di Dunia Islam, memandang sains modern pada dasarnya netral dan objektif, yang membahas buku alam sebagaimana adanya, tanpa komponen filosof atau  ideologis yang terkait dengannya. Masalah-masalah seperti krisis lingkungan, positivisme, materialisme, dan lain sebagainya, yang semuanya terkait dengan sains modern dalam satu atau lain hal, dapat diatasi dengan menambahkan dimensi etis ke dalam praktik dan pengajaran sains. Pandangan kedua, yang disebut pandangan epistemologis, pada prinsipnya menaruh perhatian pada status epistemik sains (Kealaman modern), klaim kebenaran, metode untuk meraih pengetahuan yang benar dan fungsinya bagi masyarakat secara umum. Dengan menganggap sains sebagai suatu konstruksi sosial, mazhab epistemik memberikan penekanan khusus pada sejarah dan sosiologi sains. Terakhir, pandangan ontologis/metafisis terhadap sains menandai peralihan yang menarik dari filsafat ke metafisika sains. Klaimnya yang paling penting terletak pada tuntutannya untuk menganalisis dasar metafisis dan ontologis dari sains (Kealaman). Sebagaimana akan kita lihat nanti, mazhab inilah yang diwakili antara lain oleh pemikir Muslim semisal Sayyed Hossein Nasr dan Naquib Al-Attas, yang mengembalikan konsep tentang sains Islam, sebuah konsep yang telah melahirkan banyak pembahasan sekaligus perdebatan dalam lingkungan intelektual Islam.




Share:
Read More

Pengertian Biomolekul dan Senyawa Pembentuk Biomolekul

Biomolekul adalah senyawa-senyawa organik sederhana pembentukan organisme hidup dan memiliki sifat khas sebagai produk aktivitas biologis. Biomolekul dapat dipandang sebagai turunan hidrokarbon, yaitu senyawa karbon dan hidrogen yang memiliki kerangka dasar yang tersusun dari atom karbon, yang disatukan oleh ikatan kovalen. Kerangka dasar hidrokarbon bersifat stabil, karena ikatan yang tunggal dan ganda karbon-karbon menggunakan pasangan elektron bersama secara merata. Biomolekul bersifat polifungsionil, mengandung dua atau lebih jenis gugus fungsi yang berbeda. Pada molekul tersebut, dari setiap gugus fungsi memiliki sifat serta reaksi kimia masing-masing.


Bentuk Senyawa Biomolekul
Senyawa-senyawa biomolekul dikenal dalam empat bentuk :


  1. Protein
  2. Asam nukleat
  3. Karbohidrat
  4. Lipid

Dari ke empat golongan tersebut memiliki sifat umum dengan struktur yang relatif besar (berat molekul besar), karenanya disebut dengan makromolekul. Berat molekul protein berkisar antara 5000 hingga lebih dari 1 juta. Berat molekul berbagai jenis asam nukleat berkisar hingga beberapa miliar banyaknya, Karbohidrat dapat memiliki berat molekul hingga jutaan. Molekul lipid lebih kecil, berat molekul 750 hingga 1500. Tetapi karena lipid umumnya terbentuk dari ribuan molekul sehingga membentuk struktur berukuran besar yang berfungsi seperti sistem makromolekuler, struktur lipid juga dapat dianggap sebagai makromolekul. 
Protein adalah polimer asam-asam amino, karbohidrat merupakan polimer monosakarida, asam nukleat merupakan polimer mononukleatida. Monomer lipid memiliki bermacam-macam, tergantung dari jenis lipidnya. Diantaranya seperti asam lemak, kolin, serin, etanolamin, serin dan lain-lain. 

Fungsi Biomolekul
Biomolekul memiliki fungsi tertentu dalam sel, contohnya:
  • Protein sebagai enzim, alat transpor, antibodi, hormon dan pemebentukan membran
  • Karbohidrat sebagai sumber energi, komponen pembentuk membran dan dinding sel.
  • Lipid sebagai sumber energi, hormon, dan pembentukan sel.
  • Asam Nukleat sebagai koenzim, faktor genetika, pembawa energi dan penatur biosintesis protein 


Share:
Read More

Asam Amino dan Protein (Struktur dan Konfigurasi)






Ciri Molekul Protein :
•  Berat molekul besar (ribuan-jutaan)
•  Umumnya terdiri dari 20 asam amino
•  Terdapat ikatan kimia lain → membentuk struktur 3D
•  Strukturnya tdk stabil thd pH, radiasi dan suhu
•  Umumnya reaktif dan sangat spesifik

 Struktur umum asam a-amino



Konfigurasi Asam  a-amino
gambar 2.
Penamaan asam amino

                                                  asam amino               singkatan 3 huruf

Klasifikasi asam amino

Asam amino pembentuk protein ada 20 macam. Asam amino diklasifikasikan berdasarkan struktur dan sifat gugus R (rantai samping)
Klasifikasi asam amino :
  1. Asam amino polar, R tidak bermuatan : Ser, Thr, Cys, Asn, Gln
  2. Asam amino non polar, R alifatik : Gly, Ala, Pro, Val, Leu, Ile, Met
  3. Asam amino dengan R aromatik : Phe, Trp, Tyr
  4. Asam amino dengan R bermuatan positif : Lys, Arg, His
  5. Asam amino dengan R bermuatan negatif :  Asp, Glu
 Asam amino polar, R tidak bermuatan

Asam amino non polar, R alifatik 

Asam amino dengan R aromatik

Asam amino dengan R bermuatan positif


Asam amino dengan R bermuatan negatif 


          Absorbsi sinar UV oleh asam amino aromatik.


Perbandingan spektrum absorbsi asam amino aromatik triptofan dan tyrosin pada pH 6.
Absorbansi triptofan 6x lebih besar dibanding tyrosin. Panjang gelombang maksimum berada pada 280 nm. Absorbansi asam amino aromatik fenilalanin relatif kecil sehingga tidak berkontribusi terhadap sifat spektroskopi dari protein.


Selain ke-20 asam amino tersebut, terdapat 2 golongan asam amino lain :

1. Asam amino yang jarang didapat sebagai satuan pembentuk protein, contoh :
                                                              
                                               4-Hidroksiprolin                5-Hidroksiprolin
          4-hidroksiprolin terdapat pada protein dinding sel tumbuhan, 5-hidroksiprolin terdapat pada kolagen (protein serat)
          6-N-metillisin terdapat pada myosin (protein kontraksi pada otot)
          γ-karboksiglutamat, terdapat pada protrombin (protein pembekuan darah)
          Selenocystein: cystein yang mengandung selenium (bukan sulfur), hanya ditemukan pada beberapa protein.

 2. Asam amino yang bukan pembentuk protein
Ada 300 macam asam amino yang merupakan senyawa antara metabolisme sel
Contoh :    b-alanin (dalam vitamin)
                  Sitrulin dan ornitin (pada sintesis arginin)
Beberapa asam amino lain terdapat dalam tumbuhan, bersifat racun.
Contoh :  asam jengkolat, kanavanin dan b-sianoalanin.

Asam amino esensial dan non esensial
Asam amino esensial : Tidak dapat disintesis oleh tubuh (harus diperoleh dari luar/makanan). Pada manusia terdapat 8 asam amino esensial : Val, Leu, Ile, Phe, Thr, Met, Trp dan Lys. Selain ke 8 asam amino tersebut, merupakan asam amino non esensial. 

KONFIGURASI
Kecuali glisin (tidak punya atom C kirall), semua asam amino secara optis aktif, bisa terdapat dalam bentuk D atau L.
Di alam, asam amino selalu berada dalam konfigurasi L. Monosakarida selalu ada dalam konfigurasi D.

ZWITER ION
Dalam larutan air netral asam amino selalu berada dalam bentuk zwiter ion (ion dwikutub)
Zwiter ion dapat berperan sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa (akseptor proton)



Donor Proton : 

Akseptor Proton : 

Sehingga asam amino sederhana, seperti alanin merupakan asam amino diprotik (dapat melepaskan dua proton) 

                  Kurva titrasi asam amino         
  
            Contoh : Kurva titrasi glysin 0,1M

  • Pada pH rendah glysin terprotonasi penuh +NH3-CH2-COOH.
  • Pada pertengahan titrasi pertama, gugus COOH kehilangan proton. Terjadi keseimbangan antara proton donor (+NH3-CH2-COOH) dan proton akseptor (+NH3-CH2-COO-)
  • Pada titik ini pH = pK1.
  • Pada titik pl, glisin dominan dalam bentuk ion dipolar, +NH3-CH2-COO-
  • Bila titrasi dilanjutkan maka akan dicapai pK2, dimana terjadi kesetimbangan antara (+NH3-CH2-COO-) dan (NH2-CH2-COO-)
TITIK ISOELEKTRIK
  • Setiap asam amino yang muatan positif dan negatifnya berimbang, disebut berada pada titik isoelektrik
  • pH pada saat itu disebut pH isoelektrik (pl) 
  • Pada titik isoelektrik, kelarutan asam amino paling kecil. 
PEPTIDA
  • Dua asam amino dapat berikatan secara kovalen, yang disebut dengan ikatan peptida, membentuk dipeptida.
  • Tiga asam amino dapat dihubungkan oleh dua ikatan peptida, sehingga disebut dengan tripeptida
  • Oligopeptida (terdiri dari beberapa asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida 
  • Polipeptida terdiri dari banyak asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida.
                                                   
                                                     Pembentukan Ikatan Peptida

Pantapeptida serylglisiltyrosilalanilleusin
(Ser-Gly-Tyr-Ala-Leu)
Seperti asam amino, peptida juga memiliki kurva titrasi yang karakteristik dan pH isoelektrik tertentu (tergantung asam amino penyusunnya)








Share:
Read More

Fungsi Epinefrin dan Norepinefrin

Hormon dan neurotransmiter merupakan pesan kimia yang terlibat dalam fungsi tubuh. Kebanyakan bahan kimia yang bekerja hanya dalam satu fungsi, tetapi neropinefrin bekerja secara baik sebagai hormon dan neurotransmitter. Hormon ini sama dengan Adrenalin yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal yang berasal dari otak. Ini tidak mendapatkan banyak sekali perhatian seperti hormon stres kortisol ataupun baik sebagai neurotransmitter seperti dopamin dan serotonin, namun memainkan peran yang penting dalam stres dan deprersi.

Gambar 1. Neropinefrin (Farmasi-id.com)

Hormon ini sama dengan adrenalin yang hanya dikeluarkan oleh kelenjar adrenal dan berasal dari sumber otak. Fungsi hormon Norepinefrin fungsinya adalah untuk membuat seseorang tetap fokus dan terjaga selama dalam keadaan stres. Seseorang akan menjadi lebih waspada, lebih fokus dan tidak bisa tidur.

Norepinefrin membantu untuk mengalihkan aliran darah pada tempat yang tak terlalu membutuhkan untuk bagian tubuh lain yang lebih penting laig, misalkan seperti otot atau otak yang dapat membuat seseorang bisa menghadapi bahaya dengan baik.

Norepinefrin adalah suatu neurotransmitter di dalam sistem limbik di dalam otak yang dapat mengontrol emosi-emosi seperti depresi atau dalam keadaan euforia. Diantara neurotransmitter lain yang penting adalah serotonin dan juga dipamine. Kedua neurotransmitter ini pun bertanggung jawab atas terjadinya mimpi. Apabila Norepinefrin berkurang hingga tingkat tertentu, maka depresi menjadi keluhan fisik dan biokimia. Pada suatu kondisi seperti ini, antidepresan trisiklik dapat diberikan, yang dalam dua hingga tiga Minggu dapat mengurangi banyak gejala depresi.

Epinefrin dan Norepinefrin memiliki fungsi seperti, 
  • Dapat meningkatkan metabolisme, terutama dari bagian otot rangka dan jantung
  • Dapat meningkatkan denyut jantung
  • Meningkatkan tekanan darah
  • Glikogenelisis di sel hati, kemudian glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah
  • Glikogenelisis di dalam sel-sel otot, glukosa dimetabolisme dan digunakan sebagai salah satu seumber energi
  • Lipolisis di adiposit, Asam lemak dilepaskan ke dalam aliran darah
  • Bronkodilator merupakan sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan dapat membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru lebih meningkat
  • Pirau darah dari bagian organ-organ internal kulit, darah masuk kedalam bagian organ penting seperti otak, otot dan hati


Sumber :
http://kliksma.com/2015/03/fungsi-norepinefrin-noradrenalin.html
http://budisma.net/2015/05/pengertian-dan-fungsi-epinefrin-dan-norepinefrin.html

·         
Share:
Read More

α-Pyrrolidinopentiophenone Kandungan Senyawa Dalam 'Flakka'

Gambar 1. Flakka (viral.kincir.com)
Nama flakka diambil dari bahasa slang Spanyol La Flaca yang artinya wanita cantik. Senyawa yang memiliki nama kimia alpha-Pyrrolidinopentiphenone (α-PVP) ini, pun memiliki banyak nama lain yang terkenal seperti yang telah dilaporkan oleh European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), antara lain ‘Snow Blow’, ‘Crystal Love’, ‘Vanilla Sky’ dan yang lainnya. Bahkan di beberapa negara ada nama khusus yang berbeda seperti ‘Ocean Breath’ (Cyprus), ‘Guarana Coco Jumbo’ (Republik Ceko), ‘Fire Ball’ (Slovakia), ‘PV-11’ (Prancis), ‘Spellweaver’ (Britania Raya) dan lainnya.
Alfa-PVP merupakan senyawa yang tergolong psikoaktif dan memiliki efek mirip Metilendioksipirovaleron (MDPV), Methamphetamine dan Kokain. Senyawa ini bekerja dalam tubuh sebagai penghambat transporter Dopamin dan Norepinefrin. Transporter Norepinefrin (NET) berfungsi untuk re-uptake (ambilan kembali) Norepinefrin di dalam sel, sebagai suatu bentuk kontrol kadar hormon dalam tubuh.
Dopamin merupakan senyawa penting dalam proses pembentukkan hormon Norpepinefrin / Noradrenaline dalam tubuh. Norepinefrin berperan untuk mengontrol bagian-bagian otak yang bertanggung jawab terhadap keterkaitan antara pikiran dan tindakan merespons. Peningkatan kadar Norepinefrin dalam tubuh berbanding lurus dengan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, metabolisme otot, sehingga erat kaitannya dengan efek insomnia, kecemasan dan hiperaktif. Jadi Norepinefrin jika dihambat, maka kadar Norepinefrin dalam tubuh akan jadi berlebih yang menyebabkan seseorang menjadi hiperaktif. Oleh sebab itu, peningkatan hormon Norepinefrin juga berkaitan dengan gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Flakka ini membuat penggunanya juga mengalami gejala delusi dan agresif berlebihan. Dan efek inilah yang sering orang sebut mirip dengan zombie, dan yang dimaksud bukanlah zombie secara harfiah.

Untuk lebih jelasnya, kandungan dalam Flakka ini dapat di khususkan di bawah ini agar lebih tahu bagaimana senyawa yang terkandung secara kimia, efek Farmakologi dan Deteksi Dalam Cairan Tubuh :
Gambar 2. α-Pyrrolidinopentiophenone (Wikipedia)
α-Pyrrolidinopentiophenone (juga dikenal sebagai α-pyrrolidinovalerophenone, α-PVP, O-2387, β-keto-prolintane, Prolintanone, atau Desmethyl Pyrovalerone) adalah stimulan sintetis dari kelas kathinone yang dikembangkan pada tahun 1960 yang telah dijual sebagai perancang obat. Bahasa sehari-hari kadang disebut flakka atau kerikil. α-PVT secara kimia berhubungan dengan pyrovalerone dan analog keton prolintane.
Efek samping
α-PVP, seperti psikostimulan lainnya, dapat menyebabkan hiperstimulasi, paranoia, dan halusinasi. α-PVP telah dilaporkan menjadi penyebabnya, atau penyebab kematian akibat bunuh diri dan overdosis akibat kombinasi obat-obatan. α-PVP juga telah dikaitkan dengan setidaknya satu kematian dimana dikombinasikan dengan pentedrone dan menyebabkan gagal jantung.
Farmakologi
α-PVP bertindak sebagai inhibitor reuptake norepinefrin-dopamin dengan nilai IC50 masing-masing 14,2 dan 12,8 nM, serupa dengan MDPV turunan metilendioksi.
Kimia
α-PVP tidak bereaksi dengan reagen marquis. Membeirkan reaksi warna abu-abu atau hitam dengan reagen mecke.
Deteksi Dalam Cairan Tubuh
α-PVP dapat diukur dalam darah, plasma atau urine dengan kromatografi cair - spektrometri massa untuk mengkonfirmasi diagnosis keracunan pada pasien rawat inap atau untuk memberikan bukti dalam penyelidikan kematian medicolegal. Konsentrasi darah atau plasma α-PVP diharapkan berada dalam kisaran 10-50 μg/L pada orang yang menggunakan obat tersebut secara rekreatif,> 100 μg / L pada pasien yang mabuk dan> 300 μg/L pada korban overdosis akut. 

Di Indonesia sendiri, Flakka telah dimasukkan ke dalam kategori Narkotika Golongan 1 pada Permenkes No. 2 tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika, dengan nama Alfa-PVP. Dan kabarnya ada zat lain yang terkandung dalam Alfa-PVP yang lebih berbahaya dari Morfin yakni derivat (turunan) Fentanil dan kini sedang diajukan ke Kementerian Kesehatan untuk dimasukkan dalam daftar narkotika. (kompasiana.com/irmina.gultom/mengenal-flakka-)

Share:
Read More

Makalah Klirens Ginjal

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tugas mata kuliah Farmakonkinetik ini dapat selesai pada waktunya. Makalah ini di beri judul “Renal Clearence (Klerens Ginjal)”
Tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Farmakokinetik Semester Antara, Jurusan Farmasi Universitas Garut Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dan tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, meskipun pada kenyataannya di bantu dengan menggunakan jaringan internet. Karena pada dasarnya internet dewasa ini sudah menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan (Knowladge).
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun menjadi salah satu harapan bagi penyusun untuk perbaikan selanjutnya.

Garut, 25 Agustus 2017

Penyusun,



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat dikeluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi, atau biasa dikenal dengan ADME. Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses. Setelah diabsorpsi obat akan didistribusi keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah, karena selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya (Putradewa, 2010).
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting dan ekskresi disini merupakan resultan dari 3 proses, yaitu filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal.
Dalam menentukan dosis obat suatu individu, seringkali perhatian khusus perlu diberikan, sehubungan dengan kemampuan tubuh individu untuk mengeliminasi obat yang diberikan. Ini dapat dijumpai misalnya pada individu dengan usia lanjut, bayi, kelainan fungsi alat-alat eliminasi, atau karena terjadi interaksi dengan obat lain sehingga eliminasinya terhambat. Untuk mengetahui kemampuan tubuh mengeliminasi obat tertentu, pengukuran parameter-parameter kinetika eliminasi merupakan metoda yang telah banyak dikenal dan dipergunakan. Pengukuran parameter- parameter ini meliputi kecepatan eliminasi (kel), waktu paro biologik (t1/2), dan klirens tubuh total (Cl) yang memerlukan pengambilan sampel darah secara berkala selama waktu tertentu.
Tentu saja ini merupakan metode yang rumit dan kurang menyenangkan bagi pasien. Untuk obat-obat tertentu, terutama yang mengalami eliminasi dengan cara ekskresi melalui ginjal, dengan mengukur nilai klirens ginjal kita telah mendapatkan gambaran kemampuan tubuh untuk mengeliminasi obat tersebut. Ini berdasarkan asumsi bahwa klirens total sama dengan klirens ginjal ditambah klirens selain ginjal. Apabila ekskresi ginjal merupakan cara eliminasi utama untuk suatu obat, maka dapat diasumsikan klirens total sama dengan klirens ginjal. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai klirens ginjal.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana kondisi anatomi dan fisiologi ginjal?
2.      Apa yang dimaksud dengan klirens obat?
3.      Apa yang dimaksud klirens ginjal?
4.      Bagaimana mekanisme klirens ginjal?
C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui kondisi anatomi dan fisiologi ginjal.
2.      Untuk mengetahui tentang klirens obat.
3.      Untuk mengatahui tentang klirens ginjal.
4.      Untuk mengetahui mekanisme klirens ginjal.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ginjal
Gambar 1. Letak ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6,75 cm, tebal 1,5-2,5 cm dan berat sekitar 140 gram. Setiap ginjal terdiri dari 600.000 nefron. Nefron struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam dalam ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Nefron terdiri atas glomerulus dengan sebuah kapiler yang berfungsi sebagai filter. Penyaringan terjadi di dalam sel-sel epitelial yang menghubungkan setiap glomerulus (Tobing, 2010).


Gambar 2. Anatomi ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dari tubuh manusia maka dari itu ginjal mempunyai beberapa fungsi seperti : mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, serta mengekskresikan kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akhirnya selain regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi renin yang penting untuk mengatur tekanan darah, juga bentuk aktif vitamin D yaitu penting untuk mengatur kalsium, serta eritropoeitin yang penting untuk sintesis darah (Yusri, 2011).

B.     Klirens Obat
Klirens obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Umumnya, jaringan tubuh atau organ dianggap sebagai suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana obat terlarut di dalamnya. Dari konsep ini, klirens diartikan sebagai volume cairan (yang mengandung obat) yang dibersihkan dari obat per satuan waktu. Sebagai contoh, jika klirens penisislin 15 ml/menit pada seorang penderita dengan volume distribusi (Vd) 12 liter, maka 15 ml dari 12 liter dibersihkan dari obat per menit.
Klirens juga dapat diartikan sebagai laju eliminasi obat dibagi konsentrasi obat dalam plasma pada waktu tersebut.

dDu/dt adalah laju eliminasi obat. Persamaan di atasmenunjukkan bahwa laju eliminasi obat berbanding langsung dengan konsentrasi obat dalam plasma (Cp). Harga klirens konstan untuk berbagai konsentrasi obat dalam plasma. Hal ini berlaku selama laju eliminasi obat merupakan suatu proses orde kesatu.
Dengan menggunakan contoh penisislin, dianggap bahwa konsentrasinya dalam plasma 10 mg/ml dan 15 dari 12 liter (volume distribusi) dibersihkan per menit. Jadi, laju pembersihan obat = 15ml/menit x 10 mg/ml  = 150 mg/ml. Jadi, 150 mg/ml penisislin dieliminasi setiap menit dari tubuh ketika konsentrasi plasma 10 mg/ml. Oleh karena itu, klirens dapat digunakan untuk memperkirakan laju eliminasi obat pada berbagai konsentrasi.
Contoh tadi memberi suatu cara untuk menghitung klirens. Dianggap laju eliminasi penisilin adalah 150 mg/ml, yang diukur dengan ekskresi urin dan konsentrasi penisilin dalam plasma saat ini 10 mg/ml. Klirens penisilin dapat dihitung : Clpenisislin = 150mg/menit : 10 mg/ml = 15 ml/menit.
Klirens tubuh total adalah jumlah total dari seluruh jalur klirens dalam tubuh, termasuk klirens obat lewat ginjal (klirens ginjal) dan klirens hepar (klirens hepatik). Klirens dapat dinyatakan per kilogram berat badan sama dengan metode yang digunakan untuk menyatakan volume distribusi dengan dasar berat badan, karena kedua parameter farmakokinetik ini tetap dalam kondisi normal

C.    Klirens Ginjal
Klirens ginjal suatu obat didefinisikan sebagai volume darah yang dapat dibersihkan dari obat tersebut oleh ginjal   per satuan waktu, sehingga sebenarnya nilai klirens ginjal ini merupakan suatu ukuran yang menggambarkan kemampuan ginjal untuk membersihkan obat dari tubuh. Secara lebih sederhana klirens ginjal dapat didefinisikan, dalam hubungannya dengan pembuangan obat melalui ginjal, sebagai hasil dari kecepatan aliran darah ginjal (Qr) dan extraction ratioginjal (Er). Clr = Qr x Er (volume/unit waktu), sedangkan Er adalah selisih kadar obat dalam plasma arteri dan vena per kadar obat dalam plasma arteri.
Dapat dikatakan pula, sebenarnya nilai klirens ginjal tersebut merupakan tetapan yang menggambarkan hubungan antara kecepatan ekskresi obat pada waktu t (=dAe/dt) dengan konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t (=C) atau dirumuskan sebagai berikut.
CLR  = ke x VD
Perlu diperhatikan bahwa sebenarnya klirens ginjal merupakan hasil dari proses-proses filtrasi glomeruler dan sekresi maupun reabsorpsi di sepanjang tubuli renis.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari pengukuran kadar obat dalam urin. Keterbatasan kemampuan ekskresi ginjal suatu obat misalnya, dapat diketahui dari nilai klirens ginjal yang terukur setelah pemberian dosis bertingkat. Manfaat yang sangat besar dalam hubungannya dengan terapi obat itu untuk mengetahui kemampuan tubuh mengeliminasi obat yang diberikan bila obat tersebut dieliminasi terutama dengan ekskresi ginjal. Untuk obat-obat ini, perubahan kemampuan ekskresi ginjal akan memberikan akibat yang nyata pada efek farmakologiknya. Selain itu, pengukuran klirens ginjal juga bermanfaat untuk kepentingan monitoring terapi obat, terutama pada keadaan-keadaan dimana overdosis perlu dicurigai. Selain itu, untuk obat-obat yang eliminasi utamanya adalah ekskresi ginjal ini, pengukuran jumlah obat dalam urin dapat memberikan gambaran kemampuan absorpsinya tanpa harus memberikan obat secara intravenosa
D.    Mekanisme Klirens Ginjal
Cara eliminasi bervariasi menurut jenis obatnya. Sebagian obat dieliminasi tanpa perubahan sementara sebagian lainnya setelah mengalami metabolisme yang ekstensif. Kebanyakan obat akan diekskresikan lewat ginjal, kendati empedu juga merupakan jalur ekskresi yang penting. Banyak obat masuk ke dalam ASI. Alkohol mempunyai jalur eliminasi yang tidak lazim karena 5-10 persennya akan dieliminasi lewat paru-paru, keringat dan urine. Bagi sebagian besar obat, eliminasi meliputi metabolisme dalam hati plus ekskresi lewat ginjal.
Ekskresi ginjal merupakan rute terbesar eliminasi untuk beberapa obat. Obat-obat yang larut dalam air, mempunyai berat molekul rendah (BM≤ 300), atau yang mengalami biotransformasi secara lambat oleh hati akan dieliminasi dengan ekskresi ginjal. Proses ekskresi obat lewat ginjal dapat meliputi berbagai kombinasi yaitu filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi tubular. Seperti contoh diagram di bawah ini,
Filtrasi Glomerulus
Filtrasi glomerulus merupakan suatu proses tidak langsung yang terjadi untuk sebagian besar molekul-molekul kecil (BM <500), meliputi obat-obat yang tidak terionisasi dan terionisasi. Obat-obat yang terikat protein berkelakuan sebagai molekul-molekul besar dan tidak dapat difiltrasi pada glomerulus. Sebagian besar gaya penggerak untuk filtrasi glomerulus adalah tekanan hidrostatik dalam kapiler-kapiler glomerulus. Ginjal menerima pasokan darah yang besar kira-kira 25% curah jantung melalui arteri ginjal dengan penurunan tekanan hidrostatik yang sangat kecil.
Gambar 3. Laju filtrasi glomerulus

Laju filtrasi glomerulus (GFR) diukur dengan menggunakan suatu obat yang dieliminasikan hanya dengan filtrasi (yakni tidak direarsorpsi atau disekresi). Contoh obat-obat tersebut adalah inulin dan kreatini. Oleh karena itu, klierens inulin akan sama dengan laju filtrasi glomerulus, sama dengan 125-130 ml/menit. Harga laju filtrasi glomerulus mempunyai kolerasi cukup baik dengan permukaan tubuh. Filtasi glomerulus obat berhubungan langsung dengan konsentrasi obat bebas atau obat yang terikat bukan dengan protein dalam plasma. Bila konsentrasi obat bebas dalam plasma naik, maka filtrasi glomerulus obat akan naik secara proporsional.
Sekresi Tubular Aktif
Sekresi aktif lewat ginjal merupakan suatu proses transpor aktif. Sekresi aktif lewat ginjal merupakan sistem yang diperantarai pembawa yang memerlukan masukan energi, karena obat diangkat melawan suatu gradien konsentrasi.sistem pembawa kapasitasnya terbatas dan dapat dijenuhkan. Obat dengan struktur yang sama dapat bersaing untuk sistem pembawa yang sama. Dua sistem sekresi aktif ginjal yang telah diketahui, yaitu sistem untuk asam lemah dan basa lemah. Sebagai contoh, probenesid akan bersaing dengan penisilin untuk suatu sistem pembawa yang sama (asam lemah). Laju sekresi tubular aktif tergantung pada aliran plasma ginjal. Obat-obat yang umum digunakan pada pengukuran tubular aktif meliputi asam p-aminohipurat (PAH) dan iodopiraset (Diodras). Kedua senyawa ini difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan oleh sel tubular. Sekresi aktif untuk obat-obat ini sangat cepat, dan praktis semua obat yang dibawa ke ginjal dieliminasi dalam satu jalur. Oleh karena itu, klierens untuk obat-obat ini mencerminkan aliran plasma ginjal efektif. Aliran plasma ginjal efektif (ERPF) bervariasi dari 425 sampai 650 ml/menit. Untuk suatu obat yang semata-mata diekskresi oleh filtrasi glomerulus, waktu-paruh eliminasi dapat berubah secara nyata sehubungan afinitas ikatan obat dengan protein plasma. Sebaliknya ikatan protein mempunyai efek yang sangat kecil terhadap waktu-paruh eliminasi suatu obat yang terutama diekskresikan dengan sekresi aktif. Karena ikatan protein- obet reversibel, obat terikat dan obat bebas diekskresi dengan sekresi aktif selama melewati ginjal pertama kali. Sebagai contoh, beberapa penisilin secara ekstrim terikat protein, tetapi waktu-paruh eliminasinya pendek sehubungan dengan eliminasi yang cepat oleh sekresi aktif.
Reabsorpsi Tubular
Reabsorpsi tubular terjadi setelah obat difiltrasi melalui glomerulus dan dapat aktif atau pasif. Jika suatu obat direabsorpsi sempurna (misal glukosa), maka harga klierens obat mendekati nol. Untuk obat-obat yang direabsorpsi sebagian, harga klierensnya akan menjadi lebih kecil daripada GFR 125-130 ml/menit.
Reabsorpsi obat-obat asam atau basa lemah dipengaruhi oleh pH cairan dalam tubulus ginjal (yakni pH urin) dan pKa obat. Kedua faktor itu secara bersama-sama menentukan presentase obat terionisasi dan tidak terionisasi. Umumnya spesies tidak terionisasi lebih larut dalam lemak dan memiliki permeabilitas membran yang lebih besar. Obat-obat yang tidak terionisasi dengan mudah direabsorpsi dari tubulus ginjal kemali ke dalam tubuh. Proses reabsorpsi obat ini secara bermakna dapat mengurangi jumlah obat yang diekskresi, nergantung pada pH cairan urin dan pKa obat. pKa obat akan tetap, tetapi pH urin normal dapt berubah-ubah dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada diet, patofisiologi, dan masukan obat. Diet sayur-sayuran atau diet kaya karbohidrat akan mengakibatkan pH urin yang lebih tinggi, sedangkan diet kaya protein akan mengakibatkan pH urin menjadi rendah. Obat-obat seperti asam askorbat dan antasid seperti Natrium karbonat dapat mengubah pH urin bila diberikan dalam jumlah besar. Lebih lanjut perubahan yang paling penting dalam pH urin disebabkan oleh cairan yang diberikan secara intravena. Cairan-cairan intravena seperti larutan bikarbonat atau ammonium klorida digunakan dalam terapi asam-basa. Ekskresi larutan ini secara drastis dapat mengubah pH urin dan reabsorpsi obat.
Presentase obat asam lemah yang terionisasi sehubungan dengan pengaturan pH dapat diperoleh dari persmaan Handerson-Hasselbach:






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Ginjal merupakan organ utama ekskresi yang berbentuk seperti kacang, terletak retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal.
2.      Klirens obat merupakan volume cairan (yang mengandung obat) yang dibersihkan dari obat per satuan waktu.
3.      Klirens ginjal merupakan suatu ukuran yang menggambarkan kemampuan ginjal untuk membersihkan obat dari tubuh
4.      Mekanisme klirens ginjal meliputi kombinasi filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi tubular.







DAFTAR PUSTAKA
Yusri, 2011, Fungsi Ginjal – Organ Ekskresi, http://www.kesehatan123.com/1007/fungsi-  ginjal/, diakses 24 Agustus 2017.   
Auliasari, Nurul. M,Si, 2017. Renal Klirens (Klirens Ginjal).Universitas Garut Fakultas MIPA; Microsoft Power Point Slide.
Putradewa, 2010, Farmakologi, http://putramahadewa.wordpress.com/2010/03/30/farmakologi/, diakses 24 Agustus 2017.







Share:
Read More