Ilmu pengetahuan modern mengandaikan bahwa alam semesta adalah
sebuah sistem fisik yang tertutup, interaksinya bersifat teratur dan tampaknya
mengikuti suatu hukum tentu, serta semua sejarah kausal bisa dirunut ke
belakang. Diandaikan pula bahwa pada akhirnya, semua anomali akan mendapatkan
penjelasan ilmiah. Namun semua pernyataan tradisional tentang Tuhan yang
bertindak di alam bertentangan dengan kondisi-kondisi tersebut.
Pernyataan-pernyataan itu mengandaikan bahwa alam semesta bersifat terbuka,
bahwa Tuhan bertindak dari waktu ke waktu sesuai dengan tujuan-Nya, bahwa
sumber dan penjelasan ultima dari semua tindakan ini adalah kehendak Ilahi, dan
bahwa tidak ada satu pun pemikiran makhluk fana yang bisa memadai untuk
menjelaskan kehendak Tuhan ini.
Selain itu, kita harus waspada terhadap pengertian ganda : makna
kata “sebab” yang berupa katalisator reaksi kimia dan yang berupa Tuhan yang
menjaga alam semesta sangatlah berbeda sehingga mungkin istilah yang sama
sebaiknya tidak dipakai untuk mengungkapkan kedua klaim ini. Hanya jika kita
bisa memberikan penjelasan yang lebih panjang lebar mengenai sifat-sifat kausal
yang sama-sama dimiliki reaksi kimia dan ke-ilahian, barulah kita bisa memahami
klaim-klaim orang Islam, Kristen, atau Yahudi mengenai tindakan Ilahi di dunia
ini.
Oleh karena itu, di masa kini, masalah tindakan ilahi menjadi
pusat perhatian kaum theis. Secara lebih khusus, orang-orang Islam dan Kristen
secara tradisional memegang teguh pandangan yang dengan tegas mengatakan bahwa
Tuhan atau Allah bertindak di dalam tatanan alam. Akan tetapi, bagaimana kita
bisa menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa kausal itu datang dari Tuhan kita,
jika ilmu pengetahuan tampaknya sudah bisa sepenuhnya menjelaskan setiap
peristiwa di dalam dunia alam. Sumber konseptual apakah yang memungkinkan orang
beriman untuk mengakui kemampuan ilmu pengetahuan tanpa mereduksikan Ilahi
menjadi “Tuhan-pengisi-celah”